ROSE, SANG MAWAR
Senja itu dihiasi oleh kesejukan rintikan hujan yang
lembut, yang sudah membasahi bumi pertiwi sejak kurang lebih sejam yang lalu.
Terlihat di sebuah kamar bercat pink, di rumah nomor 9 gang Aries, dua orang
remaja putri sedang bercengkrama dengan riangnya. Mereka berdua memang sepasang
sahabat yang sudah dari kecil bersama-sama.
“ Rin, kamu ini gimana sih, lola banget jadi orang.
Hahaha.. mau aja dikerjain sama si Rona ! “ , kata Rose, sambil memainkan
kancing terusan hijau yang mebalut tubuhnya.
“ Ah, kamu ini Ros, apa sih maumu, kamu juga tadi mau-mau
aja dikibulin Miss Angel, hahaaha.... hayoo, lola’an mana sama aku ? “ balas
Rina sambil menyisir rambut panjangnya.
Keceriaan di antara mereka pun berlanjut sampai pada saat
handphone Rose mengalunkan lagu sendu dari Adelle, “Someone Like You”. Rose pun
dengan sangat reflek mengangkat handphone itu.
“ Oh, iya deh, aku sekarang ke sana Kak, boleh ngajak
temen gak ? “ terdengar suara manja dari Rose yang setengah berbisik.
“...hmm.. oke deh Kak, kalo gak boleh juga gak apa, kita
berdua aja nih, ceritanya ? Sippokeehh...” balas Rose kepada yang di seberag
sana.
Setelah itu, ia segera ke almari dan memilih baju yang
terbaik yang akan digunakannya. Rose sampai lupa bahwa sahabat karibnya masih
di kamarnya dan menatapnya dengan bingung.
Setelah sadar, ia
berbalik badan dan berkata, “ Hmm.. Rin, kayaknya aku kamu gak bisa nginep di
rumahku deh malam ini, soalnya aku ada rencana, kamu gak apa-apa kan ? “
“ Oh, kalo gitu gak apa deh Ros, aku sekarang pulang aja
kalo gitu, aku mau belajar aja buat persiapan olimpiade nanti .“ balas Rina
dengan senyum manis walau dalam hatinya ia sedikit kecewa dan jengkel pada
sahabatnya.
Padahal Rose sendiri yang meneleponnya siang tadi dan sedikit
‘memaksa’nya untuk menghabiskan malam bersama Rose. Awalnya Rina memang sudah
punya rencana untuk menghabiskan malam bersama buku-buku astronominya, untuk
persiapan lomba nanti. Namun karena rasa ibanya kepada sahabatnya yang memang
sedikit manja ini, akhirnya hati Rina luluh juga.
Rina pulang dengan sedikit melamun dan memikirkan sebenarnya
apa yang terjadi pada Rose dan siapa yang sebenarnya meneleponnya tadi.
Sesampainya di rumah, Rina hanya sempat membaca buku astronominya beberapa
menit . Ia tetap tidak bisa konsen dengan apa yang dilakukannya. Otaknya
tiba-tiba saja tidak konek dengan apa yang ada di hadapannya. Akhirnya ia
memutuskan untuk break dan merebahkan dirinya ke tempat tidur yang sudah dari
kecil menemaninya. Akhirnya, Rina pun jatuh terlelap terbuai mimpi sampai
keesokan harinya.
Jam 7. 30 pagi, bel SMA Mutiara berdering menandakan
kelas sudah harus di mulai. Seperti biasa, kelas Science 3 dalam suasana ‘agak crowde
’. Di bangku paling pojok kanan, terlihat Rina sedang ‘galau’ memikirkan sesuatu.
Rose tak kunjung tiba di sekolah. Lima menit lagi, gerbang sekolah akan
ditutup, namun, anak itu belum menunjukkan batang hidungnya.
“ Aku bingung apa sih yang sebenarnya terjadi pada anak
itu...., “ bathin Rina.
“...pokoknya siang ini aku harus dapat klarifikasi dari
dia. Aku akan ke rumahnya pulang sekolah nanti. “ lanjutnya lagi.
Rina
pun sampai di gerbang rumah nomor 7 itu. Terlihat seperti biasa, lengang. Kedua
orang tua Rose adalah pengusaha terkenal di kota Surabaya. Mereka kerap
meninggalkan Rose untuk urusan bisnis. Maka dari itu, Rose tidak begitu pernah
mendapatkan waktu untuk berbagi, curhat, baahkan ngobrol dengan orang tuanya
sendiri. Rina lah yaang selama ini bagaikan menjadi orang tua dari Rose.
Setelah bertemu dengan Bibi Sum (pembantu rumah Rose),
Rose langsung saja masuk ke kamar Rina.
“ Rose, ini aku, Rina, boleh aku masuk ? “ seru Rina.
“ Iya Rin, masuk aja !“ balas Rose serak.
“ Kenapa kamu gak sekolah Rose ? Kamu sakit ? “ tanya
Rina sambil duduk di pinggir tempat tidur Rose.
“ Gak sayang, aku gak apa kok. Pasti kamu kangen ya
seharian gak ketemu aku ? “ balas Rose.
“...aku cuma kelelahan saja kok, tadi malam habis jalan
sama Kak Ryan, sampai tengah malam,
makanya tadi pagi aku kesiangan bangun, ya udah, males juga deh sekolah, toh
juga udah siang, ujung-ujungnya telat juga. Hehe. “ jawab Rose dengan
santainya.
“ Kamu ini, dasar manja ! Segitu aja udah gak sekolah ! “
Omel Rina.
“ Hahaha, udah deh, biasain aja ! Kamu udah makan siang
belum ? “ Balas Rose sambil nyengir.
“ Au ah, gelap ! “ Erang Rina.
“ Cie-cie, ada yang marah ya ? “ Rose memanas-manasi.
“ Udah, jangan dibahas lagi, oke ! “ Rina makin sewot.
“Hahaha, marahnya lanjut nieh ? “ Rose makin menjadi,
sambil menggelitiki pinggang sahabatnya.
“Oke, stop Rose, aku nyerah, aku gak marah lagi dehh ! “
Rina pun mengalah sambil terengah-engah menahan geli dan tawa.
@@@@
Pagi
ini, lagi-lagi Rose tidak terlihat batang hidungnya. Rina merasa sudah lelah
untuk menyambangi rumah Si Rose setiap siang. Sudah seminggu berturut-turut
sejak terakhir kali Rina ke rumah Rose (untuk mencari keterangan tentang kasus
bolosnya yang pertama) ia berkelakuan sedemikian rupa. Tidak pernah datang ke
sekolah, dan selalu dengan keterangan alpa. Rina juga sudah mencoba menelepon
ke handphone Rose, namun tidak pernah di angkat. Usaha Rina tidak berakhir
hanya sampai di sana saja. Ia mencoba menelepon ke telepon rumah, tapi
keterangan yang didapat dari Bibi Sum hanyalah bahwa Rose tidak mau menerima
telepon dari siapapun juga, bahkan darinya sekalipun !
Rina bingung dengan kelakuan temannya yang berubah
drastis seperti ini. Sejak sebulan yang lalu, setelah Rose memiliki kekasih
bernama Ryan lah, kelakuannya berubah sedikit demi sedikit. Dahulu, Rose tidak
pernah keluar malam (sekalipun kalau ia punya pacar dan orang tuanya sedang
tidak di rumah). Rose adalah salah satu tipikal remaja yang menentang pergaulan
bebas dan dunia malam. Namun sayang, sejak mengenal dan jalan dengan Ryan, ia
sama sekali tidak perduli dengan prinsipnya itu. Rose juga adalah siswi yang
aktif di sekolah, ia telah banyak mengikuti kompetisi-kompetisi dan menjadi
juara umum di sekolahnya. Namun selama sebulan ini, prestasinya menurun
drastis, ditambah lagi dengan sering kealpaanya di kelas. Rina semakin yakin
kalau sahabatnya ini tertular pergaulan bebas dikarenakan pacarnya.
Rina mencoba menyempatkan dirinya untuk bertandang ke
rumah Rose di sela-sela kesibukannyaa mengikuti pembinaan astronomi setiap sore
untuk persiapan olimpiade. Namun naas, sampai di dekat gerbang rumah sang
sahabat, Rina melihat Rose sedang berjalan dari dalam rumah menuju gerbang
dengan mengenakan rok mini jeans yang panjangnya lebih dari 10 senti di atas
lutut dan tangtop bertali tipis. Yang paling parah, di depan gerbang sang
kekasih sudah menunggu dengan Jazz merahnya. Ketika melihat Rose, Ryan langsung
memeluk Rose dan mencium bibirnya. Sungguh pemandangan yang tragis.
“ Astaga Tuhan, apa yang terjadi pada sahabatku ? tolong
sadarkan ia Tuhan.” Bathin Rina sambil mendekap mulutknya sendiri.
Setelah Rose dan pacarnya beranjak, Rina segera masuk ke
rumah Rose. Ia ingin mendapatkan informasi dari Bibi Sum.
Dalam perjalanan pulang, Rina masih memikirkan hasil
interogasinya ke Bibi Sum. Ternyata memang benar, Rose sekarang bukan dirinya
lagi. Berbeda 180 derajat. Bibi Sum sendiri bingung kenapa Non-nya bisa seperti
itu. Usut demi usut, ternyata, orang tua Rose tidak ada di rumahnya selama
berbulan-bulan ini. Mereka berdua sama-sama sibuk dengan urusan bisnis di luar
negeri. Bahkan menurut Bibi Sum, sekalipun mereka tidak pernah menelepon ke
rumah sekedar untuk menanyakan kabar sang anak.
@@@@
Rina bersorak ketika mendengar namanya disebutkan sebagai
pemenang pertama olimpiade astronomi se provinsi. Ia akan mewakili Indonesia ke
tingkat dunia. Namun, ditengah kesenangannya, ia dikagetkan dengan nada dering
di hapenya.
“ Halo, selamat siang, dengan siapa saya berbicara ? “
Rina membuka percakapan.
“ Halo Rin, i...i..ni tante, ma...ma..nya Rooo..see .” Jawab
yang di seberang yang ternyata adalah ibu dari sang sahabat.
“ Oh, iya tante, ada apa ? Tante habis nangis ? “ Tanya
Rina.
“ Rin, bis..a ga...k ka..mu ke ru...mah sakit Medika
Cipta gaa..k ? “ Balas ibu Rose.
“ Ada apa tante ? Siapa yang sakit ? Tante ? “ Gagap
Rina.
“ Entar tante jelasin deh Rin, to..long ce..pett yyaa..a
. “ Jawab sang tante.
@@@@
Lajur
taksi semakin cepat menuju Rumah Sakit Medika Cipta. Dengan perasaan tak
karuan, Rina menatap lurus ke depan, berharap mobil taksi Blue Bird ini
tiba-tiba mendapatkan miukjizat sehingga bisa melaju dengan kecepatan roket.
Rina ingin tahu hal yang sebenarnya dengan cepat.
@@@@
Sesampainya
di depan rumah sakit, ternyata ibu Rose sudah
menunggunya. Langsunglah mereka menuju ke salah satu kamar di rumah sakit itu. Sudah
diduga Rina, bahwa sahabatnya sendirilah yang sakit dan harus dirawat di
rumah sakit. Ia melihat sang sahabat tergeletak lemas tak berdaya.
”
Rose, kamu kenapa ? “ Ujar
Rina sambil terisak.
“
Gak koo..k Rin, sa..nt..ai aja.aa..a. aku Cuma panas dingin aja, gak apa kok..bbee..s..okk jug..a ssemmbuh. O.hh iya..a selam..at bb..uaat “ Jawab Rose terbata , namun tetap
mencoba untuk tersenyum.
“
….aada sse..suatuu yaangg pengen aku kkassii tauu ke kaammuu.. ! “ Sambungnya lagi.
“
Apa sayang ? Ayo,
bilang aja, gak apa kok. “ Jawab
Rina dengan lembut.
@@@@
Sore itu, dunia kembali dibasuh
dengan rintikan hujan yang lembut
yang menyegarkan tumbuh-tumbuhan di pertiwi ini. Namun tidak bagi perempuan
berusia sekitar 21 tahun ini. Ia terlihat terisak di depan sebuah nisan
bertuliskan nama Rose Rossela binti Purnomo. Seikat mawar merah yang di
genggamannya ditaruhnya di depan nisan itu.
“ Rose, aku sudah pulang, hks.. aku sudah menyelesaikan
studiku di London, bidang astronomi. “ ujar Rina sambil menunduk.
“...seandainya saja kamu masih ada say, kita pasti bisa
belajar bareng di sana liburan bareng, dan seneng-seneng bareng, banyak
tempat-tempat keren loh di sana..kamu pasti suka deh.. “ lanjutnya.
Air mata
Rina tak kuasa terbendung mengenang masa-masa indahnya bersama sang sahabat.
Ya, Rose meninggal sebulan setelah kejadian di rumah sakit itu. Rina
mendapatkan fakta yang mengejutkan tentang sahabatnya. Ternyata selama ini Rose
mengidap penyakit kanker darah. Rose berkata bahwa ia berubah menjadi orang
yang bukan dirinya setelah ia mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit yang
mematikan itu. Ia berubah karena menginginkan perhatian dari orang tuanya yang
selama ini hilang. Namun naas, semua itu hanyalah harapan semata dari remaja
seusia dirinya. Orang tuanya hanya memperhatikannya setelah mengetahui bahwa
anaknya mengidap penyakit mematikan.
“ Rose,
sekarang kamu sudah tenang di sana, kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku
miliki. Aku harap kita bisa bertemu di kehidupan mendatang.. kau akan selalu
menjadim mawar dalam hatiku, sahabatku.. “ bisik Rina sambil berjalan
meninggalkan pemakaman itu.
THE END